Langsung ke konten utama

Pengalaman panjang menulis research paper di Jurnal Internasional

10 tahun yang lalu, sebagai mahasiswa lulusan S1 di universitas negeri di Indonesia, menulis karya ilmiah seperti research paper bukan merupakan sebuah kewajiban. Itulah mengapa selama kuliah 4.5 tahun saat itu, saya tidak pernah sekalipun mengikuti kelas khusus technical writing. Menurut saya saat itu, menulis research paper bagi mahasiswa S1 merupakan sesuatu yang sulit dan hanya yg ber-IPK tinggi seperti para asisten dosen saja yang bisa menulis research paper.

Kemampuan menulis karya ilmiah yang biasa saya lakukan adalah menulis laporan praktikum mingguan yang setiap praktik eksperimen bisa menulis hingga 4 halaman buku A3. Namun itu bukanlah sebuah research paper yang acceptable bagi dunia internasional. Karena tidak memenuhi kaidah penulisan karya ilmiah yang baik dan benar. Ketika menulis skripsi dan laporan kerja praktek pun, saya tidak tau apakah skripsi yang saya buat sudah memenuhi kaidah penulisan yang baik atau tidak. Baik laporan praktikum, laporan kerja praktek, dan skripsi selama disetujui oleh dosen pembimbing maka semua sah-sah saja. Dosen pembimbing pun kala itu hanya memperhatikan bagian metodologi penelitian dan hasil. 

Tahun 2010, merupakan tahun pertama saya menulis paper untuk international conference di saudi arabia sebagai mahasiswa S2 di Malaysia. Yang pertama dilakukan pada saat menulis paper pertama adalah meniru dari paper utama rujukan. Dengan TOEFL pas-pasan, dan ditambah gagapnya pengalaman tulis menulis research paper menjadikan paper pertama itu susahnya bukan main. Karena masih gagapnya dengan budaya penelitian di laboratorium dengan banyak member ditambah dengan budaya lokal di orang Malaysia, alhasil bimbingan dari dosen pembimbing seperti masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Menulis research paper karena ingin memenushi syarat kelulusan S2 tetapi tidak mempunyai ilmu tulis menulis karya ilmiah merupakan beban yang sangat berat bagi saya. 

Berbekal paper conference pertama itu, saya lanjutkan untuk menulis paper2 jurnal international Q1 dan Q2. Sayang, sering kali paper ditolak dengan komentar reviewer yang menyakitkan hati. Alhasil, cukup masukan jurnal yang asalkan terindex scopus sudah lebih dari cukup.   

Menyanding gelar S2 ternyata juga tidak membuat saya mahir menulis research paper. Sebagai peneliti di R&D perusahaan swasta tetap juga sering kali mengalami penolakan dari reviewer jurnal2 Q1 dan Q2. Bahkan dengan komentar yang susah sekali untuk dijawab. 

Selama 5 tahun itulah, pengalaman menulis research paper seperti diceburkan langsung tanpa ada bekal ilmu sama sekali. Apa yang saya dapati hanya berbekal mengikuti workshop, online course, baca ebook, dan baca blog. Sangat dibayangkan begitu sporadiknya metode yang saya lakukan hanya agar dapat menulis paper dengan baik. Di US, setau saya mahasiswa tingkat awal sudah bisa mendapati kelas technical writing yang comprehensive. Sudahlah bahasa inggrisnya adalah bahasa ibu mereka, dan ditambah kelas tsb maka wajar saja mereka begitu mudahnya menulis research paper. 

Bertolak belakang dengan kondisi dulu tsb, tidak dibayangkan kalau sekarang saya bisa menulis banyak research paper dan berkolaborasi dengan peneliti yang pakar dibidang saya. Memahami bagaimana menulis paper yang baik dan benar itu dapat membuat kita lebih menikmati proses penelitian dan tidak terbebani. 5 tahun lalu, 2015, saya merantau ke jepang dan mengawali sebagai mahassiwa Ph.D. Di jepang, saya merasakan betul bagaimana dosen pembimbing membimbing mahassiwanya dengan sangat detail. Jangankan paper secara keseluruhan, bahkan titik dan koma pun dipermasalahkan. Dari sinilah saya mulai memahami bagaimana menulis paper yang baik. 

Lantas bagaimana para professor menulis research paper berkelas internasional? Saya tidak tau pasti, bagaimana di US dan Eropa. Tapi saya rasa apa yang dilakukan oleh professor di Jepang tidak jauh berbeda dengan di US dan Eropa. Para professor yang punya jam terbang tinggi menulis research paper ternyata memiliki sense of technical writingnya mudah terbentuk akibat pola atau struktur yang clear. Mereka selalu menekankan akan struktur dari paper. Dengan struktur inilah maka akan mudah sekali menulis research paper. InsyaAllah, melalui webblog ini saya akan terus share bagaimana menulis research paper dengan metode struktur ini, atau disebut scaffold method. Penamaan dan metode scaffold ini saya dapatkan dari beberapa technical writing class di US. Dan saya rasa penting kiranya hal ini saya bagikan ke teman-teman sejawat. Mudah-mudahan dapat membantu bagi teman-teman yang baru pertama kali menulis research paper.     



Komentar

Follow us on Instagram